Piala AFF
Garuda,
Naturalisasi, Euphoria, Politik, Tiket. Mungkin itulah rentetan kata
yang tepat buat menggambarkan perjuangan Team Sepak Bola Nasional di
Piala AFF kali ini.
1. Garuda
Garuda di Dadaku…Garuda Kebanggaanku
Kuyakin Hari ini…Pasti Menang…
Itulah
lagu paling populer yang dinyanyikan oleh beragam penduduk negeri ini.
Tua, muda, miskin, kaya, semuanya akan bersemangat menyanyikan lagu itu,
utamanya saat menyaksikan penampilan Timnas di lapangan. Rasa
nasionalisme pun meninggi seiring riuhnya mereka bernyanyi. Sesuatu yang
jarang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari bangsa ini yang semakin
lama semakin individualistis saja.
2. Naturalisasi
Salah
satu amanat SBY dalam mendongkrak penampilan tim Indonesia agar dapat
berprestasi, setelah dibantai Timnas Uruguay 7-1, adalah memanfaatkan
pemain naturalisasi. Jawaban dari amanat itu adalah Irfan Bachdim dan
Christian Gonzales. Gonzales terbukti merupakan striker pelengkap keping
terakhir Timnas yang selama ini dikenal susah mencetak gol. Golnya di
semifinal kedua saat melawan Filipina benar-benar gol kelas dunia yang
mampu memuaskan seluruh bangsa Indonesia, termasuk SBY yang
menyaksikannya secara langsung di lapangan. Irfan Bachdim? Cukup lumayan
permainannya. Tapi yang lebih istimewa adalah wajahnya yang ganteng
hingga bikin cewek-cewek rela berbondong-bondong, berangin-angin ria
buat menyaksikan penampilannya secara langsung di lapangan. Walau
demikian, kehadiran pemain Naturalisasi ini bagi beberapa kalangan
dianggap akan menghambat kemunculan pemain asli Indonesia. Sesuatu yang
langsung dibantah sang ketua PSSI, Nurdin Halid, yang menyebutkan bahwa
Gonzales bukanlah pemain Natralisasi tetapi pemain yang sejak lama ingin
menjadi WNI (apa bedanya coba -_- ) Sementara Irfan belum pernah
menjadi warga negara lain selain Indonesia.
3. Euphoria
Tidak
ada hari tanpa berita tentang Tim Nasional Indonesia. Inilah komoditi
panas media selama bulan Desember 2010. Dan inilah yang sangat ditakuti
oleh Alfred Riedl, sang pelatih Tim Nasional Indonesia. Indonesia belum
meraih apa-apa. begitulah yang setiap kali diucapkan oleh Riedl
menanggapi terlalu berlebihannya media dalam mengekpose Timnas, termasuk
pemain-pemainnya. Yang ditakuti Riedl adalah mental pemainnya yang
terlalu ke-pede-an hingga belum apa-apa para pemain sudah merasa juara
atau minimal merasa juara tanpa mahkota yang sangat berbahaya di
sepakbola. Belum lagi sambutan yang berlebihan ples undangan jamuan
kemana-mana akan bikin para pemain kecapekan mengikuti acara seremonial.
Dan yang lebih penting lagi akan kehilangan motivasi dan fokus pada
pekerjaan di lapangan, Mungkin kita masih ingat Euphoria serupa di tahun
2004 kala Timnas diasuh Peter White. Waktu itu kita pun begitu perkasa
lewat aksi-aksi memikat Ilham Jayakesuma ples kemunculan si anak ajaib
Boaz Salosa. Merasa sudah juara karena berhasil mengatasi Malaysia di
Bukit Jalil, Kenyataan pahit harus diterima saat di final, Timnas harus
takluk secara tragis oleh Singapura di leg pertama yang bahkan waktu itu
dilaksanakan di Senayan, Kejadian serupa kayaknya akan terulang lagi di
tahun ini.
4. Politik
Tertuduh
utama yang mempolitisasi popularitas Timnas tentu saja adalah PSS yang
selama ini dipandang gak becus ngurusi sepakbola nasional. Bahkan Arifin
Panigoro secara terang-terangan membuat kompetisi tandingan (LPI) buat
nyaingi Liga Super yang penuh rekayasa, bobrok, dan banyak ngabisin duit
rakyat. Dalam suatu kesempatan, Nurdin menyayangkan sikap masyarakat
yang menjelek-jelekkan PSSI sementara malah memuji Timnas yang notabene
adalah tim bentukan PSSI. Lalu juga berbondong-bondong beberapa partai
besar sibuk melakukan jamuan pada Timnas, tentu saja skalian kampanye.
Sementara media massa maupun elektronik tak henti-hentinya menaikkan
oplah maupun rating acara dengan menayangkan momen-momen Timnas dan
pemain-pemainnya, bapak-ibunya, kakak-adeknya, sodara-sodara,
ponakanjuga, temen seklubnya, temen kecilnya, tetangganya, Belum lagi
hadirnya tulisan or wawancara dari pengamat tentang timnas yang tambah
lama tambah mengada-ngada, Pokoke lucu lah ngeliat tiap hari ada saja
orang yang mengklaim and mengklaim paling berjasa gitu.
5. Tiket
Satu
catatan buruk tentang penyelenggaraan Piala AFF 2010 ini adalah
penjualan tiket pertandingan yang amburadul. Akibat membludaknya
penonton yang begitu antusias menyaksikan penampilan hebat Timnas,
membuat tiket-tiket sold out (menurut panitia) jauh sebelum hari
pertandingan. Walau demikian terlihat tiket itu muncul kembali di hari
pertandingan melalui para calo-calo karcis. Tentu saja dengan harga
melambung 2 sampai 3 kali lipat. Beberapa penonton kemudian
menyanyangkan tiket VVIP yang dibagikan petinggi PSSI secara gratis pada
beberapa anggota DPR yang tentu saja akan mengurangi jatah penonton
lain. Bahkan SBY juga diminta gak usah ikut-ikutan nonton ke Senayan
buat mengurangi antuasiasme dukungan rakyat Indonesia pada Timnas, Lho brarti SBY bukan termasuk rakyat Indonesia ya? :p
Dampak Euphoria piala AFF terhadap perekonomian Indonesia dalam bidang informatika
Kejuaraan
piala AFF sudah lewat namun animo masyarakat untuk melihat sepakbola
indonesia berjaya tetap berkobar. Menjadi runner up pada ajang piala AFF
mungkin merupakan awal yang baik bagi persepakbolaan indonesia. Tidak
bisa dipungkiri bahwa dengan adanya ajang tersebut masyarakat indonesia
makin mencintai timnas indonesia. Dari kejuaraan AFF tersebut memiliki
dampak diluar lapangan sepakbola seperti dampak perekonomian indonesia.
Dengan adanya ajang tersebut banyak orang berbondong-bondong untuk
membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan timnas. Kejadian ini
menaikkan omset para pedagang-pedagang kaos maupun penjual makanan yang
berjualan di sekitar GBK. Dalam bidang Informatika dampak perekonomian
indonesia terlihat dengan penjualan-penjualan secara online seperti
penjualan tiket. Mungkin dulu masih beberapa orang yang belum
mempercayai dengan transaksi online apalagi pemesanan tiket sepakbola.
Dengan adanya ajang ini terciptalah iklim perdagangan baru yaitu secara
online. Perdagangan secara online merupakan bukan hal yang baru tapi
penerapan bagi kalangan yang belum pernah atau pun mungkin ragu-ragu
menjadi mengerti dan paham akan pembelanjaan online.
Artikel ini di ambil dari beberapa sumber, diantaranya :
0 komentar:
Posting Komentar